Senin, 18 Mei 2009

SEKAPUR SIRIH PINANG


Tiga puluh sembilan tahun sudah usianya. Banyak hal yang telah dialami, dijalani serta dilalui. Banyak hal yang bisa kita ingat dan kita kenang. Keterangan-keterangan tentang keberadaan Rumah Sakit Bhayangkara dari dulu hingga sekarang dikumpulkan. Di sela-sela kesibukannya melayani masyarakat, adalah para sukarelawan yang mencoba menjadi wartawan. Meski sibuk dengan tugas-tugas rutin, para wartawan dadakan itu mencoba menggali sejarah, apa dan bagaimana rumah sakit kita, dalam perjalanannya sejak dulu hingga sekarang. Tercatatlah nama Soemoeljo, sebuah nama yang telah banyak memberi masukan, tentang keberadaan rumah sakit kita di jaman dahulu kala.
Tapi RSB Kupang bukan hanya riwayat masa lalu. Banyak pula cerita masa kini yang harus dikumpulkan mengenai keadaan rumah sakit kita dan kiprahnya. Tugas ini tentu tidak mudah bagi wartawan amatiran. Belum lagi soal menuliskannya. Ada banyak hal yang harus diperhatikan agar tulisan yang dihasilkan enak dan perlu dibaca. Tidak mudah memang. Dari terbiasa menulis resep yang tidak perlu peduli tatabahasa ke menulis cerita, walau dalam bahasa informal, banyak hal yang harus diperhatikan. Ada aturan mengenai alinea, ada aturan mengenai kalimat, dan bahkan ada aturan mengenai penulisan kata. Bahkan naruh tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, tanda tanya pun ada aturannya. Semuanya perlu diikuti secara konsisten, secara taat azas. Semua itu bisa saja diabaikan, memang. Tidak ada orang yang mati karena membaca cerita yang bahasanya ambur adul. Tapi kami tidak mau seperti itu. Maka kami belajar, kami bertanya, dan kami pun tidak sungkan minta tolong. Sebab kami tahu, yang akan membaca resep adalah apoteker yang sudah terlatih membaca resep yang sengaja ditulis cakar ayam (makanya tak perlu pakai komputer). Sedangkan yang membaca tulisan ini begitu beranekaragam. Dari yang mempunyai deretan gelar sangat puanjaaang (meski tak dimengerti orang) sampai yang sekolahnya pas-pasan.
Maka jangan kemudian heran mengapa penulisan menjadi tidak kunjung usai. Bukan hanya bahasa yang menjadi kendala memang. Pihak-pihak yang menjadi sumber informasi tidak selamanya mudah ditemui. Maklum, semuanya pada sibuk. Tapi ini tentu saja bukan dimaksudkan untuk mencari-cari alasan. Memang begitulah adanya yang namanya bekerja di rumah sakit. Terlepas dari itu semua, kepada yang telah dengan suka rela memberikan informasi yang diperlukan, khususnya buat Pak Mul (Soemoeljo), yang sangat banyak memberi informasi, baik berupa cerita maupun foto-foto RSB di masa lalu, kami sampaikan terima kasih. Begitu pula kepada Pak Nyoman Rinda, yang selalu siap membenahi isi buku ini di layar komputer, sehingga menjadi tampilan yang lebih menarik, kami ucapkan terima kasih. Dan juga kepada Bapak Kabiddokkes, Bapak Karumkit serta rekan-rekan RSB yang turut mendukung baik material maupun spiritual hingga tersusunnya buku ini, diucapkan limpah terimakasih.
Lalu untuk apa sebenarnya bersusah-susah dengan ini semua? Paling tidak, dengan ini ada sesuatu yang tertulis dan dibaca tentang kita, dari kita oleh kita sendiri. Bukan cuma dengan maksud memuji diri tentu, tetapi untuk bercermin. Dengan membaca tulisan ini kita tahu kelebihan kita, juga tahu kekurangan kita. Dengan tulisan ini semua layak menjadi berita, mulai dari para pejabat sampai yang paling sering disuruh-suruh. Selebihnya... bisa tersenyum-senyum sendiri saat membaca bagian-bagian yang lucu atau sengaja dilucu-lucuin. Bagi yang ngerasa dikerjain alias dilucu-lucuin, jangan dibawa ke hati. Tidak ada maksud apa-apa, selain sekedar ingin membuat kita tersenyum. Tapi begitulah, yang namanya manusia mungkin saja ada yang tidak terima. Kalau memang begitu adanya, tiada kata lain yang dapat kami sampaikan, selain permohonan maaf.
Akhirnya, semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Kupang, Juli 2006
Penyusun

Dr. AYU DWI SUSWATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar